Rojolele Delanggu
Judul Buku : Rojolele Delanggu
Author : Pandu Purwandaru & Gani Cahyo Handoyo
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 0
ISBN : 978-602-397-787-1 (PDF)
Bulan / Tahun Terbit : Desember / 2022
Jumlah Halaman :66 halaman
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
Sinopsis :
Rojolele Delanggu adalah jenis padi varietas lokal yang terkenal secara nasional akan rasanya yang pulen dan wangi. Padi ini memiliki masa tanam hingga 5 bulan, memiliki genom 100% menyerupai padi tipe Japonica, serta secara rasa mirip dengan beras Koshihikari yang biasa dimakan oleh masyarakat Jepang. Dimasa lalu, padi Rojolele Delanggu dianggap oleh petani lokal sebagai padi terbaik karena kualitas rasanya, sehingga menjadi syarat wajib untuk berbagai ritual sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhan. Budaya pertanian padi juga muncul dari budidaya padi Rojolele Delanggu dimasa lalu, baik dari masa tanam, panen, hingga pasca panen. Namun sangat disayangkan padi ini sudah punah di wilayah Kecamatan Delanggu sejak tahun 1990an dikarenakan Revolusi Hijau serta rentan terhadap serangan hama wereng. Namun sejak 2020 dimulai kembali program preservasi padi lokal ini di Desa Sabrang Kecamatan Delanggu. Program ini dilakukan untuk melestarikan padi lokal Rojolele Delanggu dan juga budaya yang terbentuk dari padi tersebut. Hingga tahun 2022, area tanam preservasi mencapai 4000 m2 serta berbagai desain dikembangkan untuk proyek ekowisata padi lokal Rojolele Delanggu.
Author : Pandu Purwandaru & Gani Cahyo Handoyo
Publisher : UNS Press
Harga : Rp 0
ISBN : 978-602-397-787-1 (PDF)
Bulan / Tahun Terbit : Desember / 2022
Jumlah Halaman :66 halaman
Panjang x Lebar Buku : 14,8 x 21 cm
Kertas : Digital (PDF)
Sinopsis :
Rojolele Delanggu adalah jenis padi varietas lokal yang terkenal secara nasional akan rasanya yang pulen dan wangi. Padi ini memiliki masa tanam hingga 5 bulan, memiliki genom 100% menyerupai padi tipe Japonica, serta secara rasa mirip dengan beras Koshihikari yang biasa dimakan oleh masyarakat Jepang. Dimasa lalu, padi Rojolele Delanggu dianggap oleh petani lokal sebagai padi terbaik karena kualitas rasanya, sehingga menjadi syarat wajib untuk berbagai ritual sebagai wujud rasa hormat kepada Tuhan. Budaya pertanian padi juga muncul dari budidaya padi Rojolele Delanggu dimasa lalu, baik dari masa tanam, panen, hingga pasca panen. Namun sangat disayangkan padi ini sudah punah di wilayah Kecamatan Delanggu sejak tahun 1990an dikarenakan Revolusi Hijau serta rentan terhadap serangan hama wereng. Namun sejak 2020 dimulai kembali program preservasi padi lokal ini di Desa Sabrang Kecamatan Delanggu. Program ini dilakukan untuk melestarikan padi lokal Rojolele Delanggu dan juga budaya yang terbentuk dari padi tersebut. Hingga tahun 2022, area tanam preservasi mencapai 4000 m2 serta berbagai desain dikembangkan untuk proyek ekowisata padi lokal Rojolele Delanggu.